gunadarma

 photo Webp.net-gifmaker 1.gif

Minggu, 27 Desember 2015

laar belakang pengunaan zat adiktif di kalangan penerbang

Saat ini sedang marak-maraknya di perbincangkan mengenai penggunaan narkoba di kalangan penerbang. Hal ini yang mendasari saya untuk mencoba mengkaji apa saja yang melatar belakangi hal tersebut terjadi.

Tidak disangka memang pramugari yang berpenampilan cantik, indah menawan ternyata mempunyai kehidupan yang kelam didalamnya. Pilot yang terlihat tampan, gagah, berani ternyata adalah seorang pecandu narkoba. Saya pikir hal ini bukan semata- mata karena keinginan mereka untuk terjerumus ke dalam dunia gelap. Gaya hidup yang hedon serta godaan banyaknya uang yang mereka peroleh inilah salah satu penyebabnya, namun tidak hanya itu jam terbang yang banyak dan menguras tenaga ternyata itu juga yang menjadi alasan penggunaan narkoba atau narkotika, terkadang mereka lelah karena jam terbnag  tdak menentu sering terjadi, terutama pada saat libur panjng. Sudah sepantasnya mereka memperoleh gaya hidup yang mewah karena gaji yang di perolehpun besar namun tidak sepantanya mereka mereka menggunakan zat adiktif dalam kehidupan sehari- hari, pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran saya rasa bisa di atasi dengan pemikiran yang bersih, dan dewasa. Penggunaan adiktif di kalangan penerbang seharusnya harus segera di atasi sejak jauh-jauh hari, karena ini yang menyebabkan banyak awak pesawat terjatuh. Gaji besar yang mereka peroleh seharusnya digunakan untuk menyusun masa depan, di amalkan agar lebih bermanfaat dsb yang positif.


                Namun tidak semua seperti itu banyak juga pilot dan pramugari mereka sungguh-sungguh dalam bekerja, dan melakukan hal positif. jangan takut untuk menggunakan pesawat sesungguhnya ajal telah allah tentukan.

maraknya penjualan online

Seperti yang sudah kita ketahui sejak dahulu internet selalu popular di mata dunia karena perkembangannya yang semakin canggih, internet semakin marak di perbincangkan terutama setelah beredarnya situs penjualan online seperti saat ini, namun tahukah anda ada sisi negatif dan positif yang terkandung di dalamnya, disini penulis akan merangkum menurut pendapat orang-orang sekitar dan pengalam saya tentunya..

Sisi positif
·         Harga barang di took online lebih murah di banding toko-toko offline
·         Hemat waktu untuk bisa memilih barang sesuai keinginan tanpa harus lelah berkeliling.
·         Menghemat ongkos untuk ke mall ataupun kepasar.
·         Bisa berbelanja dimanapun dan kapanpun yang kita inginkan.
·         Bisa menemui banyak barang unik yang belum pernah kita jumpai sebelumnya.

Namun tidak hanya poin-poin di atas yang dapat di rasakan ada juga poin negative yang dapat dirasakan:

·         Biaya ongkos kirim yang mahal bila barang yang di beli berukuran besar dan berat bahkan terkadang di tinggikan harganya oleh si penjual.
·         Uang dan ongkos harus di kirim diawal itu memudahkan si penjual untuk menipu
·         Di karenakan lokasi too online yang jauh bisa saja barang yang dikirim cacat, rusak, bahkan tidak sesuai dengan permintaan di foto.


Itulah beberapa hal positif dan negative yang pernah di rasakan oleh orang- orang sekitar dan termasuk saya ketika berbelanja online. Namun serangkaian hal negative tersebut dapat kita lansir dengan pemikiran cerdas. Anda dapat mempelajari apa saja yang menjadi ciri-cii toko palsu. Untuk mengantisipasi kerusakan dan kecacatan barang yang telah di beli kita bisa membuat kesepakatan dengan seller toko online bahwa barang cacat yang diterima dapat di tukar ulang.

Demikian informasi serta saran yang dapat saya berikan, mohon maaf apabila ada kesalahan kata yang membuat pembaca tersinggung. Terimakasih sampai jumpa dalam penulisan selanjutnya..

Selasa, 22 Desember 2015

Konflik antar etnik dan peran pemuda dalm perdamaian

Konflik Antar Etnik dan Peran Pemuda dalam Pedamaian

Makalah ini
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Ilmu Sosial Dasar




 







Disusun Oleh :
Dhea Indah Lestari
Kelas 1TA03
NPM 11315804

JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK
2015



KATA PENGANTAR

                       Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu dalam rangka melengkapi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar yang berjudul Konflik Forkabi dan FBR dan Peran Pemuda.
   Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempuna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnakan makalah ini.

Jakarta, Desember  2015



                                                                                                                            Penulis
  











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                                          i
DAFTAR ISI                                                                                                                         ii
 BAB I PENDAHULUAN                                                                                                   1
I.1. Latar Belakang                                                                                                      1     
I.2. Rumusan Masalah                                                                                                  1
BAB II PEMBAHASAN                                                                                                     3
1.1 Pengertian Konflik  -----------------------------------------------------------------------3
1.2 Latar Belakang Terjadinya Konflik-----------------------------------------------------4
1.3 Solusi Menyelesaikan Konflik ----------------------------------------------------------6
1.4 Peran Pemuda dalam Perdamaian-------------------------------------------------------7
BAB III PENUTUP                                                                                                            10
III.1 Kesimpulan                                                                                                         10
III.2 Saran                                                                                                                   11
DAFTAR PUSAKA                                                                                                            12          






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tidak satu pun manusia yang dapat hidup sendiri di dunia ini, satu dengan yang lainnya akan saling membutuhkan, memerlukan, melengkapi, dan memenuhi seputar kebutuhan hidupnya. Dengan adanya hal itulah mereka berkomunikasi sehingga terciptalah interaksi dan tanggapan prilaku seseorang, akan adanya interaksi-interaksi tersebut, karena konflik itu menurut Coser adalah perbedaan fokus dan pemahaman manusia. Faktor-faktor yang menjadi akar timbulnya konflik harus diangkat dengan benar-benar jelas sampai kepermukaan publik, sebab dengan cara ini kita bisa mencari solusinya. Etnik atau suku bangsa, biasanya memiliki berbagai kebudayan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang dianggap baik atau sakral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis. Konflik antar etnis ini terjadi karena benturan budaya, kepentingan, ekonomi politik, dan lain lain. Dan demi menciptakan Negara yang aman dan tentram, pemerintah harus menyelesaikan masalah konflik antar etnis. Cara yang lebih demokratik demi tercegahnya perpecahan, dan penindasan atas yang lemah oleh yang lebih kuat, adalah cara penyelesaian yang berangkat dari niat untuk take a little and give a little, didasari itikat baik untuk berkompromi dan bermusyawarah.


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Ada beberapa hal yang akan dijadikan masalah untuk mengerjakan penelitian di dalam makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari konflik?
2. Mengapa konflik antar etnis bisa muncul di sebuah Negara?
3. Bagaimana cara menyelesaikan konflik antar etnis tersebut?
Maksud dan Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas UAS pelajaran Isu Isu Politik Kontemporer
2. Mengetahui dan memahami penegertian dari konflik dan penyebab konflik
3. Mengetahui bagaimana konflik antar etnis bisa muncul dalam sebuah Negara
4. Memberikan solusi untuk penyelesaian konflik antar etnis dalam sebuah Negara
5. Memperoleh analisis dari hasil penulisan tentang konflik antar etnis Kerangka Pemikiran Para ahli pemikir, sebagaimana mereka berbicara soal pengertian ilmu-ilmu yang lain, dalam mendefinisikan konflik saja mereka berbeda,
Adapun beberapa pengertian konflik itu adalah sebagai berikut:
1. Menurut Coser (1956) konflik adalah prilaku dan kondisi seseorang yang tengah dilakukannya dan juga perbedaan fokus dan pemahaman manusia.
2. Menurut Krisberg (1982) konflik adalah berbedanya tujuan masing- masing manusia (individu),kelompok,dan etnis dalam suatu negara dan bangsa. Dalam suatu masyarakat akan selalu ada kelompok atas yang menguasai kelompok bawah, kelompok ini dibagi berdasarkan kekuasaan, kemampuan, kekayaan, kekuatan, dsb. Kelompok bawah (yang lemah) akan “ditindas” dan menjalankan kehendak kelompok atas. Fenomena ini akhirnya memicu timbulnya konflik antar kelompok. Selain hal tersebut kurangnya integrasi dalam masyarakat, perbedaan paham atau kepentingan juga sebagai faktor timbulnya konflik. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik adalah perbedaan tanggapan yang terjadi akibat interaksi manusia dalam mewujudkan/mengungkapkan keinginannya. Oleh karena itu menurut penulis, konflik itu wajar dan manusiawi karena bedanya para ahli dalam berpendapat tentang konflik di atas, itu juga sudah merupakan sebuah konflik yang terjadi. Namun apa akibat dari konflik itu akan negatif? Jelas, hal itu memerlukan penyulut dan pemobilitas tersendiri yang lepas dari bagian makna kata konflik tersebut. Konflik yang negative tentunya akan merugikan kedua pihak dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu penyelesaian konflik harus dilakukan. Kita harus mengaitkan teori yang ada dengan praktik di lapangan dalam menyelesaiakan konflik. 












BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Pengertian konflik
Pembahasan Menurut Alo Liliweri konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lain. Konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dan secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.
Pengertian Konflik Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut.
Implikasi dari definisi konflik adalah : Konflik dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah system kerja peraturan. Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika suatu tujuan telah tercapai Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahan- permasalahan mendesak mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial di antara dua komunitas etnis atau lebih.
Menurut Indrio Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudita, banyak Tokoh yang membahas mengenai “Teori Konflik” seperti Karl Marx, Durkheim, Simmel, dan lain-lain yang dilatarbelakangi oleh permasalahan ekonomi dan sosial. Karl Marx melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Ia mengantisipasi bahwa kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir sejarah perang dan revolusi kekerasan. Namun bentrokan kepentingan kepentingan ekonomi ini akan berakhir di dalam sebuah masyarakat yang tanpa kelas, tanpa konflik dan kreatifitas yang disebut komunisme.
Kalau konflik ini terus terusan dibiarkan, akan membuat ketidakstabilan di masyarakat. Masyarakat akan merasa terancam dan tidak kenang dalam hidupnya. Durkheim menekankan proses sosial yang meningkatkan integritas sosial dan kekompakan. Meskipun dia mengakui bahwa konflik terjadi dalam kehidupan sosial, dia cenderung untuk memperlakukan konflik yang berlebih-lebihan sebagai sesuatu yang tidak normal dalam integrasi masyarakat. Hubungan saling ketergantungan antara konflik dan kekompakan dinyatakan juga dalam dinamika di dalam hubungan kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group).
Suatu kelompok atau masyarakat cenderung memiliki sumber yang dapat dikerahkan dan solidaritasnya diperkuat bila kelompok itu terlibat dalam konflik dengan kelompok atau masyarakat lain. Selama masa dimana ada ancaman atau konflik dengan organisasi luar, percekcokan atau konflik dalam kelompok cenderung rendah dan menurun. Konflik Antar Etnis Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahan permasalahan mendesak mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial di antara dua kelompok etnis atau lebih.
Konflik etnis seringkali bernuansa kekerasan, tetapi bisa juga tidak. Namun biasanya konflik etnis bernuansa dengan kekerasan dan jatuh korban. Etnik atau suku bangsa, biasanya memiliki berbagai kebudayan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang dianggap baik atau sakral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis.

1.2 Latar belakang terjadinya konflik

Faturochman menyebutkan setidaknya ada enam hal yang biasa melatarbelakangi terjadinya konflik etnis terjadi disebuah tempat.Enam hal tersebut antara lain yakni:
1. Kepentingan yang sama diantara beberapa pihak
2. Perebutan sumber daya
3. Sumber daya yang terbatas
4. Kategori atau identitas yang berbeda
5. Prasangka atau diskriminasi
6. Ketidakjelasan aturan (ketidakadilan).
Konflik antar etnis yang terjadi dapat dikatakan karena kepentingan beberapa oknum atau pihak yang memang bertujuan untuk mengambil untung dari konflik tersebut. Etnis etnis yang saling berkonflik sangat mudah di adu domba karena memang sumber daya manusia yang terbatas. Dalam arti pendidikannya kurang dan tingkat ekonomi yang rendah. Seharusnya dari masing masing kepala daerah yang ada di wilayah konflik tersebut harus tegas membuat atau merealisikan kebijkan ketika terjadi sebuah konflik antar etnis. Dalam konteks Indonesia sendiri, kita kerap kali mendengar terjadinya konflik antar etnis. Sebenarnya akar dari konflik ini adalah keterbelakangan dari masyarakat di wilayah konflik tersebut. Sementara itu, Sukamdi menyebutkan bahwa konflik antar etnik di Indonesia terdiri dari tiga sebab utama,[9] yakni:
1. Konflik muncul karena ada benturan budaya
2. Karena masalah ekonomi politik
3. Karena kesenjangan ekonomi sehingga timbul kesenjangan sosial.
Menurutnya konflik terbuka dengan kelompok etnis lain hanyalah merupakan bentuk perlawanan terhadap struktur ekonomi-politik yang menghimpit mereka sehingga dapat terjadi konflik diantara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan identitas sosial, dalam hal ini etnik dan budaya khasnya, seringkali menimbulkan etnosentrisme yang kaku, dimana seseorang tidak mampu keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya. Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan konflik karena ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan.
Sebagai tambahan, pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan menyebabkan seseorang lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik. Berdasarkan tulisan dari Stefan Wolff, bahwa konflik etnis ini sebagian besar terjadi di wilayah Afrika, Asia, serta sebagian Eropa Timur. Dikatakan bahwa negara-negara Eropa Barat serta Amerika Utara tidak terpengaruh atas konflik etnis yang terjadi di dunia ini. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa konflik tersebut terjadi di wilayah yang terbelakang secara peradaban? Belum ada jawaban atas pertanyaan ini. Jawaban yang cukup masuk akal akan pertanyaan ini adalah berdasarkan rentan waktu munculnya peradaban. Asia dan Afrika adalah dua benua yang memiliki sejarah peradaban tertua di dunia. dan secara tidak sengaja, kedua benua ini memiliki berbagai macam etnis,ras, ataupun suku bangsa. Tentu saja hal ini tidak dapat ditemui di benua Amerika yang merupakan “peradaban baru” bentukan Eropa. Peradaban-peradaban ini sejak dahulu selalu terlibat perang suku. Celakanya, perang antar suku dan ras yang terjadi ini menyimpan dendam diantara semua pihak yang bertikai dan masih terbawa hingga kini. Dengan demikian, Wolff menyimpulkan bahwa “ethnic conflicts are based on ancient hatreds between groups fighting in them and that”. Sebagian kecil konflik yang terjadi adalah akibat isu kontemporer politik ataupun agama. Konflik Antar Etnis di Indonesia Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Semboyan yang terdapat di kaki kuat sang Burung Garuda “Bhineka Tunggal Ika” nampaknya belum menjiwai seluruh warga bangsa ini.
Rasa satu kesatuan sebagai warga negara bukanlah hal yang utama, melainkan arti kata semboyan bangsa ini hanya sekedar wacana belaka. Beberapa peristiwa akibat konflik setelah lengsernya otoritas orde baru dan lahirnya era reformasi adalah sebagai berikut :
a. Krisis Aceh dengan adanya Gerakan Aceh merdeka (GAM).
b. Krisis Ambon yang memicu perpecahan bangsa karena keyakinan.
c. Krisis Poso di Sulawesi Tengah.
d. Gerakan Papua Merdeka
e. Peristiwa Dayak-Madura di Kalimantan Tengah.
f. Peristiwa Ketapang di Jakarta.
g. Peristiwa Bom Bali.
h. Peristiwa seputar Jemaah Ahmadiyah.
i. Peristiwa Monas di Jakarta.
j. dan timbulnya lagi krisis Ambon saat ini.
Sebenarnya masih banyak peristiwa lain yang terjadi akibat konflik, seperti adanya tindak anarkis antara karyawan dan perusahaan, warga masyarakat dan perusahaan, dan aksi preman yang hampir di setiap kota besar terjadi. Di balik konflik antaretnis di Indonesia yang memecahkan satu kesatuan bangsa jika ditelisik lebih mendalam terdapat sumbu yang membuat satu etnis dengan etnis lainnya hanya memperlihatkan rasa keaku-akuannya, rasa “kami”, dan “mereka”, mereka melihat etnis lain adalah kelompok luar darinya, dan etnis luar melihat etnis lain sebagai musuh baginya. Setiap konflik yang berujung SARA bermula dari konflik individu yang kemudian mengarah ke konflik kolektif yang mengatasnamakan etnis. Kasus konflik Tarakan, Kalimantan Timur, berawal dari salah seorang pemuda Suku Tidung yang melintas di kerumunan Suku Bugis, lantas di keroyok oleh lima orang hingga tewas karena sabetan senjata tajam. Konflik Tarakan menjadi memanas nyatanya tersimpan dendam ke Suku Bugis yang lebih maju menguasai sektor ekonomi.   Faktor ekonomi juga menjadi penyebab utama konflik di bangsa ini, dalam kasus sebuah klub kafe di Bilangan Jakarta Selatan “Dari Blowfish Ke Ampera” antara Suku Ambon dan Suku Flores yang berawal dari perebutan jasa penjaga preman hingga konflik tersebut mengarah ke konflik etnis. Sampai pada Sidang Pengadilan masing-masing pihak yang bertikai masih menunjukan etnosentrisnya. Penguasaan sektor ekonomi memicu besarnya sentimen etnis dan adanya prejudice membuat konflik meranah ke agama. Konflik agama yang terjadi di Poso jika ditelusi secara mendalam bermula dari pertikaian pemuda yang berbeda agama yang sedang mabuk hingga karena sentimen kepercayaan hingga merambah ke konflik etnis dan agama. Konflik Poso kian memanas ketika provokasi akan adanya masjid yang dibakar oleh umat kristiani, agama memang sangat rentan. Aparat Pemerintah bukanya sebagai penengah namun ikut andil dalam konflik ini. Nampaknya kesenjangan sosial ekonomi dari pendatang yang sebagai mayoritas menguasai sektor ekonomi membuat konflik menjadi lebih memanas. Ketidakmerataan penyebaran penduduk juga dapat menimbulkan masalah. Kepadatan penduduk yang mendororong etnis Madura melakukan migrasi ke Pulau Kalimantan. Di mana masih membutuhkan kebutuhan akan Sumber Daya Manusia untuk mengolah kekayaan alam dan membangun infrastruktur perekonomian. Pencapaian atas kerja keras, hidup hemat bahkan penderitaan yang dirasakan etnis Madura terbayarkan sudah ketika keberhasilan sudah ditangan. Dengan menguasai sektor-sektor perdagangan sehingga orang-orang non Madura yang lebih awal bergerak di bidang itu terpaksa terlempar keluar. Alternatif dalam menyatukan etnis di Indonesia dengan mengadakan akomodasi merupakan solusi yang tepat untuk menyatukan bangsa yang besar ini. KH. Abdurahman Wahid mengungkapkan “Sebuah bangsa yang mampu bertenggang rasa terhadap perbedaaan-perbedaaan budaya, agama, dan ideologi adalah bangsa yang besar” untuk mewujudkan integrasi antaretnis di Indonesia dengan mutual of understanding, sehingga semboyan yang mencengkram dalam kaki kuat Burung Garuda bukanlah wacana lagi. Soulusi Penyelesaian Konflik Antar Etnis Konflik antar etnis di Indonesia harus segera diselesaikan dan harus sudah ada solusi konkritnya. Dalam bukunya Wirawan dengan judul Konflik dan Menejemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan Penelitian menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan konflik antar etnis yang ada di sebuah Negara. Pertama, melalui Intervensi pihak ketiga. Dimana keputusan intervensi pihak ketiga nantinya final dan mengikat. Contoh adalah pengadilan. Kedua, Mediasi. Mediasi ini adalah cara penyelesaian konflik melalui pihak ketiga juga yang disebut sebagai mediator. Ketiga, Rokosialisasi. Proses penyelesaian konflik dengan transormasi sebelum konflik itu terjadi, dimana masyarakat pada saat itu hidup dengan damai.
1.3 SOLUSI MENYELESAIKAN KONFLIK

Adapun cara lain dalam menyelesaikan konflik yang ada, yakni:
1.         Konflik Itu Harus di Management Menuju Rekonsiliasi Konflik memang bukan sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang yang hidup di dunia ini. Apa lagi konflik yang bernuansa karena perbedaan agama yang dianut dan pebedaan etnis. Konflik yang demikian itu memang suatu konflik yang sangat serius. Untuk meredam wajah bahaya dari konflik itu, maka konflik itu harus dimanagement agar ia berproses ke arah yang positif. Dr. Judo Poerwowidagdo, MA. Dosen Senior di Universitas Duta Wacana Yogyakarta menyatakan bahwa proses konflik menuju arah yang positif itu adalah sbb: Dari kondisi yang “Fight” harus diupayakan agar menuju Flight. Dari kondisi Flight diupaykan lagi agar dapat menciptakan kondisi yang Flaw. Dari Flaw inilah baru diarahkan menuju kondisi Agreement, terus ke Rekonsiliasi. Karena itu, masyarakat terutama para pemuka agama dan  etnis haruslah dibekali ilmu Management Konflik setidak-tidaknya untuk  tingkat dasar
 2.     Merobah Sistem Pemahaman Agama. Konflik  yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu mengajarkan untuk  konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah yang menyebabkan mereka menjadi termotivasi untuk melakukan konflik. Keluhuran  ajaran agama masing-masing hendaknya tidak di retorikakan secara berlebihan. Retorika yang berlebihan dalam mengajarkan agama kepada umat masing-masing menyebabkan umat akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk agama lain. Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai universal dari ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup sabar menghadapi proses kehidupan ini. Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT (ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela berkorban demi kepentingan yang lebih mulia. Tidak mudah putus asa memperjuangkan sesuatu yang benar dan adil. Tidak mudah mabuk atau lupa diri kalau mencapai sukses. Orang yang sukses seperti menjadi kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik, cakep, memiliki suatu power, merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat menyebabkan orang menjadi mabuk kalau kurang waspada membawa diri. Hal-hal yang seperti itulah yang sesungguhnya lebih dipentingkan oleh masyarakat bangsa kita dewasa ini.
3.     Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam Kehidupan Beragama. Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya mengurangi bentuk perayaan dengan penampilan yang berhura hura.  Hal ini sangat mudah juga memancing konflik. Karena umat lain juga dapat terpancing untuk menunjukan existensi dirinya bahwa ia juga menganut agama yang sangat hebat dan luhur. 4. Redam Nafsu Distinksi Untuk Menghindari Konflik Etnis. Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya. Salah satu nafsu itu ada yang disebut nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini mendorong seseorang untuk menjadi lebih dari yang lainya. Kalau nafsu ini dikelola dengan baik justru akan membawa manusia menjadi siap hidup bersaing. Tidak ada kemajuan tanpa persaingan. Namun, persaingan itu adalah persaingan yang sehat. Persaingan yang sehat itu adalah persaingan yang berdasarkan noram-norma Agama, norma Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya. Namun, sering nafsu Distinksi ini menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis bahwa mereka  adalah memiliki berbagai kelebihan dari etnis yang lainya. Nafsu Distinksi ini sering membuat orang buta akan berbagai kekuranganya. Hal inilah banyak orang menjadi  bersikap sombong  dan exlusive karena merasa memiliki kelebihan etnisnya. Untuk membangun kebersamaan  yang setara, bersaudara  dan  merdeka mengembangkkan fungsi, profesi dan posisi, maka dalam hubungan dengan sesama dalam suatu masyarakat ada baiknya kami sampaikan pandangan Swami Satya Narayana sbb: “Agar hubungan sesama manusia menjadi harmonis, seriuslah melihat kelebihan pihak lain dan remehkan kekuarangannya. Seriuslah melihat kekurangan diri sendiri dan remehkan kelebiihan diri”. Dengan  demikian semua pihak akan mendapatkan  manfaat dari hubungan sosial tersebut. Di samping mendapatkan sahabat yang semakin erat, juga mendapatkan  tambahan pengalaman positif dari sesama dalam pergaulan sosial. Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin  tumbuh rasa persahabatan yang semakin kekal. Kalau kita lihat kekurangannya maka kita akan terus merasa jauh  dengan  sesama dalam hubungan sosial  tersebut. 


1.4 Peran Pemuda dalam Perdamaian
Semua pihak bertanggung-jawab atas terciptanya dan berlangsunganya perdamaian, tidakterkecuali generasi muda. Bahkan tidak jarang generasi muda sebagai penerus, menjadiobjek dan sekaligus subjek utama dari berbagai program upaya-upaya perdamaian dimasyarakat. Hal itu lebih disebabkan karena generasi muda mempunyai potensi dankapasitas yang besar untuk dikembangkan, tentu saja ke arah positif.Proses pembelajaran perdamaian merupakan salah satu alternatif dalam rangka sosialisasidi kalangan generasi muda. Dalam proses pembelajaran perdamaian ini akan mempelajarikapasitas dan kerentanan perdamaian. Oleh karenanya, generasi muda diharuskan untukmenjadi peka konflik. Melalui proses ini, diharapkan muncul ide-ide dalam upaya-upayaperdamaian yang sifatnya lokal dari generasi muda setempat, sehingga sesuai dengansistem nilai yang sudah melekat di masyarakat.

Generasi muda juga dapat membentuk komunitas-komunitas guna menyalurkan bakat dankreasinya terutama dalam upaya-upaya perdamaian. Komunitas-komunitas semacam inipenting sekali, terutama untuk meningkatkan modal sosial. Modal sosial ini sangat signifikandalam memacu perilaku inovatif dan produktif. Inovasi dan produktivitas generasi mudanantinya akan melahirkan kegiatan-kegiatan positif yang mampu mengurangi ketegangansosial-kultural pasca-konflik.Dalam politik, generasi muda mempunyai kapasitas dalam penguatan demokrasi danpartisipasi lokal. Kebijakan otonomi daerah memberikan peluang bagi generasi muda untuk
berperan. Dalam demokrasi, tidak dapat dihindari adanya konflik, karena dalam demokrasiterdapat perbedaan-perbedaan. Akan tetapi bagaimana mengelola konflik tersebut supayatidak terjadi konflik terbuka atau kekerasan. Pada prinsipnya, dalam proses demokrasi ituberarti ada proses manajemen konflik. Hanya saja, di Indonesia praktik demokrasi masihberjalan tidak benar dan juga mentalitas yang belum memadai. Demokrasi mungkinmenyediakan ruang konflik. Namun, demokrasi tidak membenarkan kekerasan. Olehkarenanya, metode yang digunakan ialah dialog. Budaya dialog inilah yang wajibterinternalisasi ke dalam masyarakat. Peran generasi muda menjadi signifikan dalammelestarikan budaya dialog ini, terutama demi menciptakan perdamaian yangberkelanjutan.

























BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
            Konflik antar suku di Papua hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi setiap warga Negara di Indonesia.  Mengingat di daerah-daerah lain di Indonesia juga sering terjadi konflik, maka semua elemen masyarakat harus bisa bekerja sama menyelesaikan konflok yang terjadi.  Papua yang kaya akan sumber daya alam harus mempunyai sumber daya manusia yang baik agar kekayaan alam Papua tidak terus menerus diekspolitasi oleh pihak asing.
Penyebab-penyebab terjadinya konflik di Papua harus segera diatasi.  Dengan pertimbangan yang matang, penyebab konflik hars dianalisa secara mendalam.  Beberapa penyebab adanya konflik antar suku di Papua antara lain :
a.      Banyaknya warga pendatang baru yang berasal dari luar Papua.
b.      Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan di Papua
c.      Kalangan pemuda yang tidak menuruti ketua adat
d.      Balas dendam masih menjadi budaya di Papua
e.       Profokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

Ketika penyebab konflik dapat dianalisa dengan baik, konflik akan bisa diwaspadai. Sebelum terjadi konflik, aparat sudah bertindak dengan menanggapi isu –isu yang berkembang, sehingga konflik tidak dapat terjadi.  Jikalau konflik terjadi, mungkin dampak yang ditimbulkan tidak akan terlalu parah.  Meskipun idealnya konflik ada dalam masyarakat, namun meredam konflik juga tidak ada salahnya.  Apalagi jika konflik meluas dan menimbulkan dampak yang merugikan. Dampak konflik antar suku yang sering terjadi di Papua, yang mengganggu keamanan di Papua itu antara lain : 
a.   Rusaknya fasilitas umum.
b.   Hancurnya pemukiman warga.
c.   Jatuhnya korban, baik yang luka-luka maupun tewas.
d.   Warga yang tidak bersalah juga ikut menjadi korban, sehingga dapat menimbulkan dampak  
       psikologis.
e.   Masyarakat merasa tidak aman dengan adanya konflik yang terjadi.
f.    Menimbulkan perpecahan di masyarakat.
g.   Hilangnya rasa kepercayaan dalam masyarakat.

Pemerintah dalam hal ini adalah yang mengatur kegiatan bernegara untuk rakyat harus segera melakukan tindakan untuk menyelesaikan konflik antar suku yang terjadi di Papua.  Beberapa tindakan yang bisa dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut :
a.     Melakukan sosialisasi tentang pentingnya kebersamaan.
b.     Memperbaiki tingkat pendidikan di Papua.
c.     Memberikan lapangan kerja yang cukup bagi masyarakat Papua.
d.     Meningkatkan kewaspadaan aparat keamanan di daerah-daerah yang rawan dengan konflik.


Perlunya kerja sama dari setiap elemen masyarakat, baik dari warga, pihak-pihak perusahaan penyedia lapangan pekerjaan, dan juga pemerintah akan sedikit demi sedikit menyelesaikan konflik.  Masyarakat bisa melakukannya dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya hukum dan saling menghargai sesama manusia.  Pihak perusahaan dapat memberikan kebijakan perusahaan kepada para karyawannya dengan lebih demokratis.  Sementara pemerintah dan aparat keamanan lebih membentuk konsep peningkatan kewaspadaan dan kecepatan melerai konflik agar tidak meluas dan berkelanjutan.  Oleh karena itu, sebagai pengamalan dari sila-sila pancasila, terutama sila kedua dan ketiga, sebagai warga Negara kita hendaknya saling menghargai antar sesama manusia untuk bisa bersatu dalam kebersamaan rakyat Indonesia.
Peran pemuda memang sangatlah penting untuk generasi yang akan datang. Mereka bertanggung jawab untuk menciptakan perdamaian di Indonesia. Kita harus bisa menciptakan atau mencetak generasi bangsa kita dengan kretif inovatif. Agar mereka dapat membantu menciptakan perdamaian dan menjaga utuh persatuan dan kesatuan di Negara kita. Para generasi muda harus di persiapkan mulai dari sekarang dengan melalui pelatihan pelatihan kerja atau ketrampilan dari pemerintah. Agar mereka tercetak sebagai penerus bangsa yang bertanggung jawab atas perdamaian antar suku ras agama maupun etnis di Negara kita.

jelas sekali bagaimana korelasi antara generasi muda danperdamaian. Generasi muda berperan penting dalam terciptanya upaya-upaya perdamaiandengan partisipasi aktif dalam berbagai bidang. Penekanan utama dalam upaya-upayaperdamaian ialah pada pentingnya menciptakan perdamaian yang berkelanjutan yangsifatnya tidak sementara dan tidak hanya sebatas reaktif saja

III.2 Saran
            Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberikan saran : dari segala bentuk perubahan sosial yang terjadi di masyarakat, baik karena kemajuan zaman maupun kebijakan pemerintah, tidak boleh mempengaruhi pemuda–pemuda di Papua dan menjadikan pemuda lemah serta tidak mampu beradaptasi.
Pemuda-pemuda di Papua dihadapkan dengan dua pilihan untuk masa depan Papua,
Pilihan pertama, menjadi cerdas dan menjadi generasi penerus yang mengetahui pentingnya peran sebagai agen pemersatu bangsa. Dan membangun Papua menjadi bangsa yang sejahterah
Atau pilihan kedua, menjadi bodoh dan tetap berpikiran sukuisme, hingga generasi berikutnya dan generasi seterusnya tidak mampu memperbaiki kekacauan dan tidak mampu lagi menjadi pembaharu akan kegagalan itu.
            Kami menyarankan melalui makalah ini, pembaca mengerti akan pilihan yang dihadapkan kepada pemuda-pemuda di papua, dan memberikan pemahaman ini seluas-luasnya demi kemajuan masyarakat Papua. Melalui makalah ini saya berharap pemuda-pemuda di Indonesia khususnya di Papua, tidak pasrah dan menunggu kebijakan pemerintah melainkan melakukan reformasi karakter diri. Sehingga terwujudlah kehidupan yang harmonis dan sejahterahan.




DAFTAR PUSTAKA